Jakarta - Kerjasama pengembangan aplikasi 4D Brain
ECVT yang telah diklaim menjadi alat pemindai aktivitas otak tercepat di
dunia tengah dilakukan oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan C-Tech
Labs Edwar Technology. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan di
Aula Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK) Universitas Muhammadiyah
Jakarta, Rabu (26/11), diikuti rangkaian acara seminar deteksi dini
penyakit sistem syaraf pusat dan aplikasi teknologi 4D Brain ECVT.
Pengembangan aplikasi instrumen pencitra aktivitas otak ini akan
dilakukan di Jaringan Amal Muhammadiyah seluruh Indonesia.
Seiring berkembangnya neurosains, meningkat pula kebutuhan akan metode
yang mampu mengamati perubahan aktifitas fungsi sistem saraf pusat
secara non-invasif. Permasalahannya adalah, perubahan aktifitas yang
berlangsung dalam hitungan mili detik ini belum bisa dideteksi dengan
kecepatan tinggi melalui instrument pencitraan otak yang lazim digunakan
saat ini seperti positron emission tomography (PET) maupun functional
MRI (fMRI). Hingga saat ini, perekaman dengan kecapatan tinggi aktifitas
fungsi sistem satraf pusat bisa dilakukan dengan electroencephalography
(EEG). Namun, instrumen ini memiliki kelemahan dalam hal resolusi
spasial, utamanya tidak bisa mendeteksi bagian dalam otak secara
non-invasif.
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, C-Tech Labs Edwar Technology
mengembangkan instrumen pencitraan otak yang dinamakan 4D Brain
electrical capacitance volume tomography (ECVT). “4D Brain ECVT mampu
mendeteksi properti dielektrik di dalam suatu objek, sehingga struktur
anatomi abnormal bisa terdeteksi dan aktifitas fungsi sistem saraf pusat
mampu diamati secara non-invasif dengan kecepatan tinggi,” tutur Dr.
Warsito Purwo Taruno, M. Eng, CEO C-Tech Group sekaligus inventor
teknologi ini. Selain itu, 4D Brain ECVT bersifat mudah dibawa, aman,
dan berbiaya murah. Perekaman bisa dilakukan secara sederhana tanpa
membutuhkan tempat khusus, sehingga bisa dilakukan di berbagai tempat
seperti poliklinik. Alat ini diklaim dapat memindai otak dalam waktu
tercepat di dunia, 1/2000 detik.
Upaya mendiagnosis adanya struktur sistem saraf pusat yang bersifat
abnormal menjadi lebih mudah sejak ditemukannya computed tomography scan
(CT-Scan) dan magnetic resonace imaging (MRI). Akan tetapi, metode ini
memiliki berbagai kendala seperti tidak bersifat mudah dibawa,
membutuhkan tempat khusus, dan berbiaya tinggi. Berbeda dengan 4D Brain
ECVT, melalui pencitraan otak yang dilakukan secara non-invasif, alat
ini mampu melihat struktur anatomi dan aktifitas fungsional sistem saraf
pusat di manapun, murah, dan tak memiliki efek samping. (dzar)
+ comments + 1 comments
kegiatan yang perlu untuk terus di dukung
Posting Komentar