ALAMAT : KANTOR PUSAT & ASRAMA PUTRI 1 JL. MERBABU NO 26 KODE POS 63121 TLP. 0351-453920, ASRAMA PUTRI 2 JL. JOIRANAN NO 25, ASRAMA PUTRA JL. TRENGULI NO 18B, rintisan mbs hamka jl poncowati demangan kota madiun
Home » » KHOTBAH IDHUL FITRI: MENEGUK HIKMAH DARI MADRASAH RAMADHAN*

KHOTBAH IDHUL FITRI: MENEGUK HIKMAH DARI MADRASAH RAMADHAN*

Written By pa-ponpes-muhammadiyah-madiun on September 03, 2013 | 19.56


*Drs. Suyono, M.Pd. direktur Panti Pasuhan dan pondok pesantren muhammadiyaah madiun disampaikan pada khotbah idhul fitri 1434 H di lahan pendirian   Muhammadiyah boarding School Poncowati madiun

Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang yang dijanjikan oleh Allah bagi kaum muslimin yang telah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :
وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
زَيِّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْر
“Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”
Pada kesempatan pagi ini kita berada dalam suasana kebahagiaan, berkat pertolongan Allah, kita telah diberi kekuatan melaksanakan ibadah puasa selama bulan ramadhan, sebagai manifestasi ketaqwaan kita kepada Allah. Kita melaksanakan ibadah puasa ini semata-mata karena yakin atas perintahNya yang diwajibkan kepada kita dan yakin pula atas janji-janjiNya dengan keampunan dan pahala yang besar serta kemenangan, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ وَسَنَنْتُ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِحْتِسَابًا خَرَجَ مِنَ الذُّنُوْبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
Sesungguhnya Allah yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunnahkan shalat  dimalam harinya. Barangsiapa puasa Ramadhan dan shalat malam dengan mengharap ridha Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang dilahirkan ibunya (HR. Ahmad).
Seiring dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak hikmah, faidah dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan yang akan datang. Jika bisa diibaratkan, Ramadhan adalah sebuah madrasah penggemblengan terhadap dua perkara, yaitu hawa nafsu dan hati.

1.Hawa Nafu.

Dalam diri setiap manusia terdapat nafsu, seperti nafsu ammarah, nafsu ingin menang sendiri dan nafsu syahwat. Semua nafsu ini selalu mengarah dan mengajak kepada keburukan. Karena itulah Allah dan RasulNya memerintahkan agar selalu berjuang keras untuk menahan dari keinginan hawa nafsu,terutama pada bulan ramadhan. Seorang mujahid terbesar adalah seorang mampu berjuang atau berjihad melawan diri sendiri ( اَلْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ هَوَاهُ ).
Imam Ghazali mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan.
Pertama, sifat kebinatangan (بَهِيْمَةْ); tanda-tandanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Pada bulan ramadhan kita dilatih untuk makan sahur dan bukanya dengan yang halal.
Kedua, sifat buas (سَبُعِيَّةْ) ; tanda-tandanya banyaknya kezhaliman dan sedikit keadilan. Yang kuat selalu menang sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. Ketiga sifat syaithaniyah (الشيطانية); tanda-tandanya mempertahankan hawa nafsu yang menjatuhkan martabat manusia. Pada bulan ramadhan kita dilatih dengan mendengarkan banyak nasehat dan latihan mengamalkan perintah Allah.
Sedangkan satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah (رُبُوْبِيَّةْ); ditandai dengan keimanan, ketakwaan dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadhan.

2.Hati

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلاَ إِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Ingatlah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, baiklah anggota tubuh dan apabila ia buruk, buruk pulalah tubuh manusia. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati (HR. Bukhari dan Muslim).

Pertama, hati harus dibuka dan jangan sampai kita tutup. Yang menutup hati biasanya orang-orang kafir sehingga peringatan dan petunjuk tidak bisa masuk ke dalam hatinya, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ  خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عظِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS Al-Baqarah [2]:6-7)

Kedua hati dibersihkan. Hati akan terkontaminasi oleh kotornya dosa-dosa, sehingga kita dianjurkan untuk memohon ampun dan bertaubat dari dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
التاَّ ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR. Thabrani).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلاَ تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ. يَوْمَ لاَ يَنفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونَ. إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy-Syu’araa [26]:87-89).

Ketiga, hati dilembutkan. Hati menjadi keras karena lalai pada perintah Allah dan lalai dari mengingat Allah / berdzikir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ تُكْثِرُواالْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلاَمِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ, وَإِنَّ أََبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللهِ الْقَلْبُ الْقَاسِى
Janganlah kalian banyak berbicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah. Karena banyak bicara yang bukan (dalam rangka) dzikir kepada Allah akan membuat hati keras. Sementara manusia yang paling jauh dari Allah adalah yang hatinya keras (HR. Tirmidzi).
Dalam satu hadits disebutkan:
أنَّ رَجُلاً شَكَا إلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ: إِمْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيْمِ وَ أَطْعِمِ الْمِسْكِيْنِ
Seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seraya melaporkan kekerasan hatinya, maka beliau menasihatinya: “Usaplah kepala anak yatim dan berilah makanan kepada orang miskin” (HR. Ahmad).

Karena itu, amat disayangkan bila ada orang yang hatinya keras bagaikan batu sehingga sulit untuk diberi nasihat dan peringatan sebagaimana yang terjadi pada Bani Israil seperti yang disebutkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Baqarah [2]:74).
Keempat, hati harus disehatkan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ. يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ. فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,disebabkan mereka berdusta. (QS Al-Baqarah [2]:8-10)

Kelima, hati ditajamkan. Hati yang tajam adalah hati yang memahami perintah Allah dan RasulNya.
Setelah satu bulan kita menunaikan ibadah puasa, kini tiba saatnya hariraya Idul Fitri, hari yang penuh kebahagiaan dan kemenangan bagi kita semua ummat Islam yang telah memenuhi kewajiban berpuasa pada bulan ramadhan.
اِذَاصَامُوْاشَهْرَرَمَضَانَ وَخَرَجُوْا اِلَى عِيْدِهِمْ، يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا مَلَائِكَتِيْ كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ اَجْرَهُ، وَ عِبَادِ يَ الَّذِيْنَ صَامُوْا شَهْرَهُمْ، وَخَرَجُوْا اِلَى عِيْدِهِمْ، يَطْلُبُوْنَ اُجُوْرَهُمْ، اِشْهَدُوْا اَنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ، فَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَااُمَّةَ مُحَمَّدٍ، اِرْجِعُوْا اِلَى مَنَازِلِكُمْ، قَدْ بَدَّلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَاعِبَادِيْ صُمْتُمْ لِىْ وَ اَفْطَرْتُمْ لِيْ فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًالَكُمْ
Artinya : Apabila orang-orang telah selesai berpuasa pada bulan ramadhan, lalu keluar menuju (shalat) hari raya mereka, maka Allah ta’ala berfirman : Wahai malaikat-malaikatKu, setiap yang beramal tentu mengharap pahalanya, dan sekarang hambaKu yang telah berpuasa selama sebulan dan keluar menuju (shalat) hari raya mereka dan mereka mengharap balasannya, maka saksikanlah olehmu sekalian bahwa Aku telah benar-benar mengampuni mereka. Kemudian ada suatu panggilan yang menyeru,”Wahai ummat Muhammad, kembalilah kalian ke rumah masing-masing, sesungguhnya kesalahan kalian telah diganti dengan kebajikan”. Lalu Allah ta’ala berfirman,”Wahai hambaKu, kalian telah berpuasa untukKu dan berbuka untukKu, maka bangunlah kalian dalam keadaan telah mendapatkan ampunan.”
Namun sebelum hari idul fitri diperintahkan membayar zakat fitrah. 
Abdullah bin Umar radahiyallahu anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ زَكَاةَ الفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى العَبْدِ وَالحُرِّ وَالذَّكِرَ وَالأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ وَالكَبِيْرِ مِنَ المُسْلِمِيْنَ
Artinya : Zakat fitrah pada bulan ramadhan adalah 1 sha’ kurma atau 1 sha’ gandum, wajib bagi seorang hamba sahaya dan yang merdeka, laki-laki dan perempuan, orang dewasa dan anak-anak dari kaum muslimin (HR Bukhari dan Muslim)
Untuk apa kita diperintah menunaikan zakat fitrah ? Zakat fitrah ini merupakan kunci pembuka dan penyempurna agar ibadah puasa ramadhan kita diterima oleh Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
شَهْرُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَا ءِ وَالأَرْضِ وَلاَ يُرْفَعُ اِلَى اللهِ اِلاَّ بِزَكَاةِ الفِطْرِ
Artinya : Bulan ramadhan tergantung diantara langit dan bumi, dan tidak akan diangkat kehadapan Allah, kecuali dengan zakat fitrah (HR Ibnu Syahin).

Waktu pelaksanaannya sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ زَكَاةَ الفِطْرِ طُهْرَةٌ للِصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِوَالرَّفَثِ وَطُعْمَةٌ لِلْمَسَاكِيْنِ فَمَنْ اَدَّهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَ مَنْ اَدَّهَا بَعْدَالصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ
Artinya : Zakat fitrah adalah pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan perkataan yang kotor, dan sebagai hidangan bagi orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat Ied maka ia termasuk zakat fitrah yang diterima, dan barangsiapa yang menunaikan sesudah shalat Ied, maka ia termasuk sedekah biasa (HR Abu Daud dan Ibnu Majah)

Selanjutnya kita akan memasuki suasana di luar bulan ramadhan, maka bagaimana kita tetap berusaha menjadikan kita selalu didalam ampunan Allah dan dalam usaha tetap menjaga ketaqwaan kita kepada Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَسَارِ‌عُوا إِلَىٰ مَغْفِرَ‌ةٍ مِّن رَّ‌بِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْ‌ضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْ‌ضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّ‌اءِ وَالضَّرَّ‌اءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤﴾
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun sempit dan dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)

Manusia tingkatan I, menafkahkan harta dalam masa lapang dan sempit

Manusia tingkatan II, menahan amarah pada ada orang yang berbuat salah kepada kita,

Manusia tingkatan III,  manusia ini tidak hanya mampu menahan amarahnya ketika ada orang lain yang berbuat salah kepadanya tetapi dia mampu dengan ikhlas mau memaafkannya.

Manusia tingkatan IV, (yang paling mulya dan disukai oleh Allah subhanahu wa ta’ala) , yakni manusia yang bukan sekedar mampu menahan amarah, atau mampu memaafkan kesalahan orang lain, tetapi lebih dari itu, manusia tersebut mampu berbuat baik kepada orang yang pernah melakukan kesalahan kepadanya.

Dalam satu hadits disebutkan bahwa shalat dan puasa belum cukup membawa seseorang ke surga sampai dadanya bersih dari dendam, hatinya penyayang, dan berbelas kasih terhadap sesama.

Janji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang patut untuk direnungkan. “Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaknya dia bersilaturrahim, niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam syurga yang dijanjikan-Nya.” (HR. Ar-Rabii’)



Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | admin | Mas Template
Copyright © 2011. Panti-Asuhan-Muhammadiyah-Madiun - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by admin wabsite PA Ponpes Muhammadiyah Madiun