Mukaddimah
KRH Hadjid, alumnus Pondok
Pesantren Termas sekaligus murid termuda KH Ahmad Dahlan, menulis 7 falsafah
ajaran dan 17 kelompok ayat Al-Qur’an
yang menjadi pokok wejangan dan pelajaran dari pendiri Persyarikatan
Muhammadiyah kita. Beliau berkeyakinan bahwa berbagai kesulitan yang timbul
dalam masyarakat dapat diatasi dengan ketujuh falsafah tersebut sebagaimana
ketujuh belas kelompok ayat Al-Qur’an
dapat dijadikan sebagai pegangan pokok oleh para pewaris Muhammadiyah yang
tidak sedikit diantara mereka telah meninggalkan jiwa/ruhiyah Muhammadiyah itu
sendiri.[1]
Tujuh falsafah ajaran yang
dimaksud ialah; (1) Kita, manusia ini, hidup di dunia hanya sekali untuk
bertaruh: sesudah mati, akan mendapat kebahagiaankah atau kesengsaraan?; (2)
Kebanyakan diantara manusia berwatak angkuh dan takabbur, mereka mengambil
keputusan sendiri-sendiri; (3) Manusia itu kalau mengerjakan pekerjaan apapun,
sekali, dua kali, berulang-ulang, maka kemudian jadi biasa. Kalau sudah menjadi
kesenangan yang dicintai, maka kebiasaan yang dicintai itu sukar untuk diubah.
Sudah menjadi tabiat, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang
telah diterima, baik itu dari sudut keyakinan atau i’tikad, perasaan kehendak maupun amal
perbuatan. Kalau ada yang akan merubah, mereka akan sanggup membela dengan
mengorbankan jiwa raga. Demikian itu karena anggapannya bahwa apa yang dimiliki
adalah benar; (4) Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus
bersama-sama menggunakan akal fikirannya untuk memikirkan, bagaimana sebenarnya
hakekat dan tujuan manusia hidup di dunia. Apakah perlunya? Hidup di dunia
harus mengerjakan apa? Dan mencari apa? Dan apa yang dituju?. Manusia harus
mempergunakan pikirannya untuk mengoreksi soal i’tikad dan kepercayaannya, tujuan hidup dan tingkah lakunya,
mencari kebenaran sejati. Karena kalau hidup di dunia hanya sekali ini sampai
sesat, akibatnya akan celaka dan sengsara selama-lamanya.”Adakah engkau
menyangka bahwasanya kebanyakan manusia suka mendengarkan atau memikir-mikir
mencari ilmu yang benar.” Al-Furqan : 44;
Berikutnya, (5) Setelah
manusia mendengarkan pelajaran-pelajaran fatwa yang bermacam-macam, membaca
beberapa tumpuk buku…Sekarang, kebiasaan manusia tidak berani memegang teguh
pendirian dan perbuatan yang benar karena khawatir kalau menetapi kebenaran,
akan terpisah dari apa-apa yang sudah menjadi kesenangannya, khawatir akan
terpisah dengan teman-temannya. Pendek kata, banyak kekhawatiran itu yang
akhirnya tidak berani mengerjakan barang yang benar, kemudian hidupnya seperti
makhluq yang tak berakal, hidup asal hidup, tidak menempati kebenaran; (6)
Kebanyakan pemimpin-pemimpin rakyat, belum berani mengorbankan harta benda dan
jiwanya untuk berusaha tergolongnya umat manusia dalam kebenaran. Malah
pemimpin-pemimpin itu biasanya hanya mempermainkan, memperalat manusia yang
bodoh-bodoh dan lemah; (7) Pelajaran terbagi atas dua bagaian: belajar ilmu,
pengetahuan atau teori dan belajar amal, mengerjakan atau mempraktekkan. Semua
pelajaran harus dengan cara sedikit demi sedikit, setingkat demi
setingkat…Demikian juga dalam belajar amal, harus bertingkat. Kalau setingkat
saja belum dapat mengerjakan, tidak perlu ditambah.
Adapun 17 kelompok ayat
Al-Qur’an yang menjadi
pokok wejangan dan pelajaran dari pendiri Persyarikatan Muhammadiyah adalah
sebagai berikut; (1) Membersihkan diri sendiri, Al-Jâtsiyah ayat 23; (2)
Menggempur hawa nafsu mencintai harta benda, al-Fajr ayat 17-23; (3)
Orang yang mendustakan agama, al-Mâ’ûn ayat 1-7; (4) Apakah artinya agama itu, al-Rûm
ayat 30; (5) Islam dan sosialisme, al-Tawbah ayat 34-35; (6) Surat
al-‘Ashr ayat 1-3; (7) Iman/kepercayaan, al-‘Ankabût ayat 1-3; (8)
Amal sholeh, al-Kahf ayat 110 dan al-Zumar ayat 2[2];
(9) Wa tawâshaw bil haqq, Yûnus ayat 108, al-Kahf ayat 29, Muhammad
ayat 3, al-An’âm
ayat 116, al-Furqân ayat 44, al-Anbiyâ’ ayat 24, Yûnus ayat 32, al-Shaff ayat 9,
al-Baqarah ayat 147, al-Anfâl ayat 8, al-Isrâ’ ayat 81 dan al-Mu’minûn ayat 70; (10) Wa tawâshaw bish-shabri; (11)
Jihad, Âli ‘Imrân ayat 142; (12) Wa anâ minal muslimîn, al-An’âm ayat 162-163; (13)
Al-Birru, Âli ‘Imrân ayat 92; (14) Surat
al-Qâri’ah ayat 6-11; (15) Surat al-Shaff ayat 2-3; (16) Menjaga
diri, al-Tahrîm ayat 6; dan terakhir (17) Apakah belum waktunya, surat
al-Hadîd ayat 16.
Demikianlah
ketujuh falsafah ajaran dan tujuh belas kelompok ayat al-Qur’an yang selalu
ditekankan oleh Allâh Yarhamuhu KH Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya. Pada makalah tadabbur
al-Qur’an ini kami hanya
menyampaikan kelompok pertama yaitu “tazkyatun nufus”, bagaimana
seharusnya kita membersihkan diri/jiwa dalam ajaran Mu’assis/Pendiri
Persyarikatan Muhammadiyah kita ini.
[1]
KRH Hadjid, “Muqaddimah” dalam Budi Setiawan dan Arief Budiman Ch.
[Peny.] Pelajaran KHA Dahlan : 7 Falsafah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat
Al-Qur’an [Yogyakarta : LPI PPM, 2006],
Cet. Ke-2, hal. 2-4
[2] KH Ahmad Dahlan diriwayatkan pula sering
menukil perkataan ahli hikmah berikut ini :
الناس كلهم
موتىَ إلا العلماء والعلماء متحيِّرون إلاالعاملون والعاملون على وجلٍ إلا
المخلصون
Posting Komentar